Minggu, 17 April 2016

Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal Demi Kemandirian Pangan



            Terdapat tiga hal yang harus dipertahankan suatu negara demi menyokong ketahanan negara. Hal itu adalah; ketahanan militer, ketahanan budaya, dan ketahanan pangan. Yang dimaksud dari ketahanan disini adalah kekuatan, keuletan, ketangguhan suatu bangsa untuk menghadapi dan mengatasi hambatan dan ancaman baik dari luar maupun dari dalam bangsa itu sendiri. Ketahanan pangan sendiri, menurut UU No 18 tahun 2012 ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak bertentangan degan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pertanyaannya disini adalah, sudahkah Indonesia, sebagai negara yang berdaulat, meraih ketahanan pangan tersebut?
            Dewasa ini kita banyak sekali mendapati bahan-bahan pangan di pasar yang diimpor dari negara lain, mulai dari buah, sayur, daging, susu, bahkan makanan pokok kita, beras juga merupakan produk impor. Tercatat pada tahun 2013 hingga 2014 impor beras Indonesia mencapai. Sekarang ini saat kita telah menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, pergerakan masyarakat yang lebih bebas, perdagangan antar negara yang lebih leluasa. Akankah kita menempatkan negara kita sebagai negara yang terus meminta?
            Indonesia adalah negara yang besar, luas wilayahnya terbentang dari 95o BT hingga 141o BT dan 60o LU hingga 11o LS, terdiri dari 17.000 lebih pulau (baik yang sudah terbakukan ataupun belum oleh Timnas PNR- Pembakuan Nama Rupabumi), 250 juta penduduk, dengan luas lahan pertanian mencapai 14 juta ha (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2014 – Kementrian Pertanian), dan luas perairan menacapi 5.4 juta km2. Hal ini menyebabkan Indonesia bisa menjadi produsen kuat, sekaligus konsumen yang hebat. Tinggal peran apa yang ingin kita ambil. Sebagai negara dengan iklim tropis, dan sistem mason, Indonesia di anugrahi berbagai sumber bahan pangan, mulai dari umbi-umbian, biji-bijian atau palawija, buah dan sayur, hingga rempah-rempah yang memang sudah sejak dulu terkenal. Hal-hal ini yang sebenarnya kita dapat memiliki sendiri, relakah kita membelinya dengan susah payah dari negara lain. Selain memberikan keuntungan kepada negara lain yang seharusnya dapat diperoleh Indonesia, hal ini juga dapat memicu kemunduran dalam industri dalam negeri dan perekonomian nasional.
            Penyebab dari masih terhambatnya sektor pertanian hilir seperti agribisnis ada beberapa hal, diantaranya pola produksi tak tersentral, melainkan tersebar pada hamparan yang terpencar. Hal ini desebabkan lahan pertanian yang masih merupakan lahan kecil tanpa ada pengelolaan yang mumpuni. Selanjutnya adalah biaya transportasi pada daerah tertentu , khususnya di luar jawa relatif mahal, seingga meningkatkan harga jual bahan pangan dan hasil pertanian. Penyebab lainnya yaitu lokasi pemrosesan yang sering kali terppusat di kota-kota besar, sehingga biaya transportasi bahan baku pertanian menjadi mahal, karena industri cenderung memilih untuk lebih dekat dengan konsumen mereka agar distribusi menjadi lebih murah namun dampaknya malah merugikan petani. Namun hal ini sudah mulai di benahi oleh pemerintah dengan pengembangan tol air untuk pulau-pulau besar Indonesia serta perbaikan infrastruktur di tiap daerah. 
            Faktor kontinuitas dan ketersediaan juga merupakan hal yang perlu dibenahi. Produksi dari sektor pertanian yang tidak berkelanjutan dan bersifat musiman sehingga pada waktu tertentu komoditas tersebut menjadi sukar ditemukan di pasaran. Sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik, karena dalam memproduksi produk mereka, industri pasti menghendaki bahan baku dengan jumlah tinggi untuk mengurangi biaya produksi satuan produk. Beberapa hal ini menyebabkan kebanyakan industri memilih untuk mengimport kebutuhan bahan baku mereka, karena dirasa memiliki nilai lebih dalam point-point diatas. Contoh saja pada tahun 2007 impor susu Indonesia mencapai 70% kebutuhan susu nasional.
            Pembenahan pertanian tidak bisa hanya di bebankan kepada satu pihak saja, melainkan harus dipertanggungjawabkan secara bersama-sama oleh setiap elemen masyarakat. Pemerintah sebagai pihak regulator harus tetap memastikan serapan hasil pertanian domestik tinggi. Hal inilah yang akan meningkatkan gairah pertanian di Indonesia, jika produk mereka terjamin diserap oleh pasar maka, motivasi petani akan menjadi lebih tinggi. Selain itu pembenahan infrastruktur. Adanya peninkatan nilai setelah produk pertanian didistribusikan membuktikan infrastruktur yang buruk. Petani akan semakin dirugikan apabila hal ini terjadi. Saat mereka menjual hasil pertaniannya dengan harga rendah, sedangkan konsumen harus membelinya di pasar dengan harga yang lebih tinggi bahkan berkali lipat.
            Petani adalah subjek utama dalam masalah pertanian, maka etos kerja yang tinggi akan dengan otomatis meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Lahan pertanian kita lebihlah luas dari pada Thailand, ataupun Vietnam, namun kenyataan bahwa bahkan mereka mampu mengekspor bahan hasil pertanian dalam negeri mereka ke luar negeri menunjukan bahwa pertanian di sana selangkah lebih maju. Namun bukan berarti kita tertinggal. Inovasi pertanian mulai harus digalakkan intensivikasi lahan yang sesuai namun masih tetap melestarikan. Keterbukaan pemikiran, akan metode pertanian inovatif. Kebanyakan metode pertanian kita didasarkan ajaran leluhur yang entah telah berusia berapa lama. Kita mampu, hanya keyakinan kita yang timbul tengelam.
            Akademisi, seperti kita mahasiswa, jajaran peneliti perguruan tinggi juga harus mengambil peran. Perhatian penuh pada sektor pertanian, dan tidak lagi acuh. Karena dari lembaga keilmuanlah sumber dari segala inovasi dan teknologi. Pemikiran-pemikiran untuk perbaikan pertanian kita, kemudian disalurkan ke lahan oleh para petani.

Dengan kerjasama bahu-membahu dari segala pihak maka bukan tidak mungkin, Indonesia kita akan berjaya bersama pertaniannya. Hidup Pertanian Indonesia!

Awal Cerita

(Bagian 1) Ceritaku dimulai oleh cerita-cerita yang lain. Cerita yang bahkan telah berlangsug jauh sebelum aku lahir. Adalah seorang ...